Penokohan Sampul Museum Virtual Ahmad Tohari

Tim Museum Virtual Ahmad Tohari mencoba untuk merepresentasikan ulang tokoh-tokoh yang ada di seluruh karya Ahmad Tohari dan memuatnya sebagai sampul utama. Tokoh-tokoh ini adalah tokoh sentral dalam karya Ahmad Tohari.

Srintil

Srintil, penari ronggeng. Tokoh utama dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk (RDP). Novel ini berlatar di desa kecil yang warganya menjadi korban komoditas politik atas praktik-praktik perebutan kekuasaan di tahun 1960-an.

Sakum

Sakum, seniman calung penabuh kendang. Sakum, dengan mata buta mampu mengikuti secara saksama pagelaran ronggeng. Tanpa Sakum, digambarkan dalam novel Ronggeng Dukuh Paruk, setiap pentas ronggeng tawar rasanya.

Lasi

Lasiyah akrab disapa Lasi, tokoh utama novel Bekisar Merah. Di masa kecil, Lasi kerap diolok-olok oleh teman-temannya dengan sebutan, "Lasi-pang! Si Lasi, Anak Jepang". Lasi gadis lugu dari Desa Karangsoga yang merantau ke Jakarta dan jadi korban human trafficking.

Darsah

Darsah, suami Lasi di novel Bekisar Merah. Ia seorang penderes yang alami kecelakaan kerja jatuh dari pohon kelapa.

Karman

Karman, tokoh utama di novel Kubah (1995). Karman eks tahanan politik (tapol) dan hidup di pengasingan selama 14 tahun.

Jum

Jum, tokoh di cerpen "Warung Penajem (1994)" yang mengorbankan keperempuanannya kepada seorang dukun sebagai syarat pelarisan warung

Kartawi

Kartawi, suami Jum di cerpen "Warung Penajem (1994)" yang terkoyak kehormatannya mengetahui istrinya melakukan persetubuhan dengan dukun agar warung bertambah laris

Mirta

Mirta, pengemis buta dalam cerpen "Mata yang Enak Dipandang (1991)". Ia mengemis di lokasi stasiun kereta api (KA) dengan menyasar penumpang KA kelas ekonomi

Tarsa

Tarsa, penuntun Mirta, si pengemis buta di cerpen "Mata yang Enak Dipandang (1991)". Tarsa memanfaatkan kecacatan Mirta untuk memperoleh kesenangannya sebagai balas budi atau upah menuntun Mirta.

Paman Dalbo

Paman Doblo, satpam kilang pengolahan kayu di cerpen "Paman Doblo Merobek Layang-layang (1997)". Ia menjadi simbolisasi konflik desa-kota, keterbelakangan dan kemajuan.